Minggu, 26 Juni 2011

penyakit gunung

Untuk yang telah menonton film petualangan berjudul Vertical Limit tentu mengetahui sebuah penyebutan nama penyakit ketinggian, yakni High Altitude Pulmonary Edema atau HAPE, penyakit tersebut adalah penyebab kematian paling umum di ketinggian. Dan bisa di cegah jika terdeteksi lebih dini. Dan semoga bisa menambah pengetahuan bagi pendaki gunung amatir maupun profesional di Indonesia, juga menambah pengetahuan bagi Pecinta Alam dimana saja

Pada dasarnya, HAPE disebabkan bocornya saluran darah di paru - paru lalu paru - paru terisi cairan sehingga orangnya kesulitan bernafas. Tanda paling awal HAPE adalah menurunnya exercixe tolerance dan meningkatnya waktu recovery. Biasanya timbul batuk kering, kuku dan bibir berubah warnanya jadi biru / abu - abu ( istilahnya cyanosis ). semakin parah, maka saat istirahat nafas semakin susah dan kadang terdengar derak - derik di paru - paru. Bahkan bisa timbul dahak yang bercampur darah. Nantinya berkembang menjadi perubahan mental, ataxia dan koma / HACE.


Situasi bisa ditolong dengan bantuan oksigen. Obat seperti Nifedipine / Adalat XL juga terbukti efektif, 30 mg tiap 12 jam secara oral . Lebih baik kalau turun ke ketinggian lebih rendah.

Pada sebuah berita, beberapa waktu lalu pernah mengutip hasil penelitian di New England Journal of Medicine. Di situ dikatakan bahwa obat salmeterol yang biasa dipakai untuk asma ternyata juga mengurangi risiko HAPE. Bedanya dengan Nifedipine yang harus dimakan, salmeterol ini bisa dihisap langsung sehingga cepat masuk ke paru - paru. Salmeterol ini adalah nama kimia untuk merek Serevent. Studi lain yang dimuat jurnal medis Lancet menyatakan HAPE ternyata lebih sering menimpa pendaki daripada yang diperkirakan semula. Dulu HAPE dipercaya hanya menimpa 2 sampai 4 persen pendaki yang berada di ketinggian lebih dari 8000 kaki. Tetapi riset terbaru tadi menemukan bahwa 60 persen pendaki di gunung Monte Rosa ( 14.957 kaki ) di daerah Alps ternyata menunjukkan tanda - tanda sub klinik HAPE lalu 15 persen lagi menunjukkan tanda klinik HAPE.

HIGH ALTITUDE BRONCHITIS

Dikenal dengan istilah "Khumbu Cough". Mereka yang menghabiskan waktu lebih dari 2 minggu di basecamp Everest biasanya menderita tenggorokan kering dan batuk kronis. Saat bernafas dengan cepat, sering melalui mulut, udara tidak dilembabkan seperti paa hidung. Udara yang dingin dan kering membuat tenggorokan dan saluran pernafasan kering sehingga timbul batuk kering. Kadang batuknya sangat parah sampai mencederai tulang rusuk. Pada dasarnya, bisa disembuhkan kalau turun. Pendaki ada yang mencoba trik seperti makan permen batuk sampai ke cara tidur dengan memakai masker.

Hape

Masalah kesehatan paru lain pada wisatawan adalah high altitude pulmonary edema ( HAPE ). Penyakit yang mungkin berakibat fatal ini dapat terjadi di pegunungan tinggi seperti daerah yang biasa dipakai ski es. Sebenarnya HAPE tidak terlalu sering ditemukan, tetapi merupakan penyebab kesakitan dan kematian bagi wisatawan di daerah ketinggian ( high altitude ). HAPE adalah penyebab kematian pertama dalam kelompok penyakit yang berhubungan dengan ketinggian ( altitude related illness ).

Dengan berbagai kemudahan transportasi saat ini, wisatawan dalam beberapa jam dapat berpindah dari dataran rendah ke dataran tinggi. Frekuensi terjadinya HAPE meningkat secara eksponensial mengikuti ketinggian. HAPE biasanya terjadi dalam enam jam pertama sampai beberapa hari setelah seseorang dengan cepat naik ke daerah ketinggian lebih dari 2.500 m. Gejala yang timbul dapat berupa keluhan sesak napas walau sedang beristirahat, batuk, penurunan kemampuan beraktivitas, dan rasa berat di dada. Denyut nadi bertambah cepat, dan kadang ujung jari membiru karena kekurangan oksigen. Keluhan sesak napas yang tidak membaik setelah lima menit beristirahat perlu diwaspadai dan diperiksa dokter.

Kemungkinan terjadinya HAPE meningkat sebanding dengan makin tinggi tempat yang dikunjungi, kecepatan mendaki, aktivitas fisik, temperatur ambien yang rendah, serta konsumsi obat anti hipnotik. Faktor risiko lain adalah riwayat pernah mengalami HAPE. Tidak ada hubungan antara kebugaran fisik dengan kejadian HAPE. Penanganan HAPE adalah meminta pasien turun dari ketinggian, kalau perlu dengan evakuasi medik, pemberian oksigen dan obat tertentu. Pencegahannya adalah dengan mendaki gunung secara bertahap. Bila gejala HAPE muncul segera turun kembali.

Penyakit yang berhubungan dengan ketinggian ( altitude related illness ) lainnya adalah acute mountain sickness ( AMS ) dan high altitude cerebral edema ( HACE ). Keduanya merupakan gangguan pada susunan saraf pusat dan dapat memberi gejala mulai dari sakit kepala ringan dan badan lemas pada penyakit AMS, sampai ke keluhan mual, muntah - muntah, bahkan pasien dapat tidak sadar, koma pada penyakit HACE. Mountain Sickness biasanya terjadi pada ketinggian di atas 2.500 m, tetapi dapat juga terjadi di tempat lebih rendah. Gejala AMS biasanya menghilang setelah satu minggu.

Bila seseorang tiba - tiba sakit di dataran tinggi, harus diasumsikan bahwa penyakit itu terjadi akibat ketinggian. Cara penanggulangan yang paling baik adalah dengan berhenti mendaki, istirahat, cek ke petugas kesehatan, dan turun segera bila memang dianjurkan

0 komentar:

Posting Komentar