Minggu, 26 Juni 2011

pendaki profesional

Jadilah pendaki profesional agar memberi contoh yang layak diteladani oleh pendaki lain. Misi yang terlihat sulit, tetapi akan mudah jika kita tahu cara melakukannya. Bahkan sangatlah sederhana agar kita menjadi pendaki yang terlihat profesional. Sengaja tak menyebut sebagai pecinta alam, karena yang terjadi selama ini, pendaki gunung disamakan dengan nama pecinta alam. Sesungguhnya berbeda dengan dua nama julukan tersebut.




Kesenangan mendaki gunung memang tiada duanya. Sekali mendaki gunung, selanjutnya bisa membuat ketagihan. Diluar resiko - resiko berat yang terjadi selama proses mendaki gunung, kegiatan ini tetap menjadi favorit siapa saja yang menyukai tantangan. Tantangan berarti siap dengan segala resikonya. Seperti cedera, lelah bahkan kehilangan nyawa sekalipun.

Mendaki gunung memberikan sensasi banyak hal, dari mulai hal yang sangat filosofis, seperti menyadarkan betapa kecilnya manusia dalam ciptaan Tuhan, hingga permasalahan pragmatis seperti naik gunung yah sekedar naik gunung saja, memuaskan hasrat kepenasaran akan sebuah gunung tinggi.

Cukupkah itu untuk menjadikan kita pendaki profesional? Belum tentunya. Agar menjadi pendaki profesional, mulailah dari hal kecil dan sepele yang terkadang banyak yang ngotot melupakannya. Yakni, setiap kali kita ingin menggapai puncak gunung, bawalah barang yang hanya diperlukan saja. Banyak pendaki sekarang ini membawa barang yang merepotkan, bahkan hampir tak ada hubungannya dengan misi pendakian gunung. Misalnya membawa boneka beruang yang besarnya melebihi sang pendaki, dengan alasan, untuk berfoto di puncak gunung, agar di nilai hebat dan aneh pendakiannya.

Ada sebuah cerita:
Sekelompok pendaki bersiap - siap untuk mendaki ke puncak Gunung Slamet. Pada sore hari sebelum pendakian seorang pemandu senior membuat persyaratan untuk keberhasilan pendakian. Dia berkata "Supaya bisa mencapai puncak, kalian harus membawa hanya perlengkapan yang di perlukan untuk mendaki. Kalian harus meninggalkan peralatan yang tidak perlu. Ini pendakian yang sangat sulit.

Seorang pemuda bernama Herman tidak sependapat, dan keesokan paginya muncul dengan sehelai selimut , beberapa potong keju besar, sebotol anggur, sepasang kamera dengan beberapa lensa tergantung pada lehernya, dan beberapa batang coklat. Pemandu berkata " Anda tidak akan berhasil dengan itu. Anda hanya bisa membawa hanaya kebutuhan yang pokok sekali agar berhasil mendaki"

Tetapi Herman ngotot, Herman berangkat sendiri di depan kelompok untuk membuktikan kepada mereka bahwa dia bisa melakukanya. Kelompok kemudian menyusul dibawah pengarahan pemandu, masing - masing hanya membawa yang perlu saja. Dalam pendakian ke puncak, mereka mulai memperhatikan benda yang di tinggalkan seseorang di sepanjang jalan .Mula - mula mereka menemukan sehelai selimut, beberapa potong keju, sebotol anggur, perlengkapan kamera dan beberapa batang coklat. Akhirnya setelah sampai ke puncak,mereka menemukan Herman. Dengan bijaksana sepanjang jalan, Herman membuang semua yang tak diperlukan.

Dia yang mencari satu hal, dan hanya satu hal, bisa berharap akan mancapainya sebelum ajal. Tetapi dia yang mencari SEGALA hal kemanapun dia pergi harus menuai di sekelilingnya apa yang disebarnya sendiri panen penyesalan yang hampa sekali.


Yang patut dipertimbangkan sewaktu naik gunung selain persiapan fisik dan mental juga logistik dan perlengkapan penunjang lainnya seperti, tenda untuk menginap, sleeping bag, Jas hujan, baju hangat dan baju ganti serta makanan penunjang. Ini menjadi sangat penting karena naik gunung harus membawa perlengkapan ekstra safety agar selama perjalanan tidak terjadi hal - hal yang tidak diinginkan.

Bisa saja mendaki gunung seadanya tanpa harus repot - repot membawa perlengkapan. Cukup baju yang melekat ke tubuh dan beberapa perbekalan lainnya yang tidak begitu banyak. Tetapi tahukah anda, bahwa mendaki gunung itu penuh dengan resiko bahaya yang mengancam jiwa?. Sudah banyak kejadian pendaki gunung yang tewas karena kekurangan logistik dan persiapan yang tidak matang. Bagaimana mungkin mendaki gunung seadanya.

Tetapi jika dipikir kembali, mendaki gunung itu berarti menempuh perjalanan panjang yang menanjak. Logika normalnya, jika perjalanan menanjak maka beban yang ada di badan kita harus dilepaskan satu persatu hingga akhirnya badan kita menjadi ringan. Ringan berarti perjalanan lancar. Tapi, itu logika pada umumnya bahwa menanjak atau mendaki berarti beban kita harus dikurangi agar perjalanan lancar.

Logika pada umumnya itu akan menjadi terbalik ketika mendaki gunung. Semakin banyak perlengkapan safety kita berarti semakin berat beban kita, tetapi semakin ringan kita ketika menerima bahaya sewaktu - waktu. Misalnya badai dingin malam hari, bagi yang membawa persediaan baju hangat dan sleeping bag akan terasa lebih ringan dibandingkan dengan pendaki yang membawa sarung sekedarnya saja. Atau ketika perut menagih makanan, bagi mereka yang membawa logistik banyak akan terasa ringan karena tinggal ambil dari persediaan. Sementara bagi mereka yang membawa seadanya, tanggung resiko jika kelaparan. Anda akan berat berada di alam terbuka tanpa persediaan logistik yang memadai.


Jadi, mending berat membawa perlengkapan safety serta persediaan logistik yang memadai tetapi akan menjadi ringan ketika sudah berada di alam terbuka, daripada ringan karena membawa perlengkapan seadanya dan logistik semaunya tetapi akan menjadi berat ketika sudah berada di alam terbuka. Mendaki gunung penuh dengan resiko yang mengancam setiap saat. Persiapkan matang - matang perlengkapan, logistik makanan, serta fisik dan mental sebelum melakukan pendakian gunung. Persiapan yang bagus akan mendukung kegiatan pendakian dengan lancar.

Pada intinya, ingatlah susah di masa senang, ingatlah sakit dikala sehat. Bawalah hal yang diperlukan saja, daripada membebani dengan barang - barang yang percuma di pendakian anda. Dengan begitu, anda akan terlihat profesional selain menguasai medan yang anda tempuh.

0 komentar:

Posting Komentar